Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Analisis Pemikiran Abraham Geiger

Analisis Pemikiran Abraham Geiger

Pendahuluan

Abraham Geiger adalah tokoh orientalis yang fokus pada
kajian Islam dari aspek kitabnya, Al-Quran. Salah satu pemikiran Abraham Geiger
tentang Al-Quran yang masyhur adalah, bahwa ada beberapa sisi Al-Quran yang
diadaptasi dari tradisi Yahudi.



Jika melihat pada tujuannya, bukankah Islam memang datang
untuk menyempurnakan apa yang belum sempurna? Sehingga apa yang dulu ada tidak
sepenuhnya dihilangkan, melainkan dimodifikasi dan disempurkan agar sesuai
dengan nilai-nilai Islam.



Maka, diadaptasi yang bagaimana, dan dasar apa yang
digunakan Abraham Geiger untuk menunjang pandangannya itu, adalah hal yang
perlu kita tinjau lebih lanjut.



Biografi Abraham Geiger



Abraham Geiger merupakan tokoh reformasi Yahudi yang
masyhur. Dia lahir pada tahun 1810. Sejak kecil, ia sudah aktif menuangkan
pemikirannya dengan menulis, hingga pada usia 17 tahun, Abraham Geiger mulai
turut ambil bagian dalam menulis Mishnah. Dia menjalani masa kuliah pertamanya
di University of Heidelberg, di sana ia mempelajari filsafat, arkeologi,
filologi, dan studi Bible. Namun setelah menjalani satu semester lamanya, ia
memilih pindah ke University of Bonn. Di situlah awal kiprahnya untuk Yahudi
dimulai. Abraham Geiger bersama kawan-kawannya mengikuti kelompok pemuda Yahudi
yang dipersiapkan untuk menjadi Rabbi. Tak disangka, ia pun berhasil, dan
terpilih menjadi Rabbi di kota Wiesbaden pada tahun 1832. Sejak saat itu, ia
mulai menggiatkan kembali minatnya dalam mengkaji Yahudi, dan berhasil dikenal
dunia lewat karyanya yang berjudul "Was hat Mohammed aus dem Judenthume
aufgenommen?
".



Dasar Pemikiran Abraham Geiger



Dalam bukunya yang berjudul Judaism and Islam, tertuang 4
alasan yang melandasi pemikiran Abraham Geiger yang berpandangan bahwa Al-Quran terpengaruh
oleh Yahudi, yaitu: (1) linguistik, keimanan dan doktrin (2) peraturan
peraturan hukum dan moral, (3) pandangan tentang kehidupan, dan (4)
cerita-cerita dalam Al-Quran.



Linguistik, Keimanan dan Doktrin



Menurut Geiger, ada 14 kosa kata Al-Quran yang diadaptasi
dari bahasa Ibrani, antara lain; taagut, furqan, rabbani, ma’un, masani,
sakinah, malakut, darasa, tabut, jannatu, jahannam, sabt, taurat, dan ahbar.
Sementara di aspek keimanan dan doktrin, Geiger menganggap ada yang diadopsi
Nabi Muhammad dari ajaran sebelum Islam, seperti;



Pertama, yaitu kurun waktu penciptaan langit dan bumi
beserta segala isinya. Nabi Muhammad mengatakan enam hari, ajaran Bibel juga
mengatakan enam hari.



Kedua, yaitu tingkatan surga. Di Yahudi, disebutkan ada
tujuh tingkatan surga dan semuanya memiliki nama, tertera dalam Chagiga 9 : 2.
Begitu juga dalam Al-Quran yang sama-sama menyebutkan surga memiliki tujuh
tingkatan dan memiliki nama, tertuang dalam Qs. Al-Baqarah [2] : 29.24.



Ketiga, yaitu pembalasan di hari kiamat. Yahudi percaya
tentang pembalasan hari akhir, begitu juga tentang surga dan neraka. Hal yang
sama juga tertuang dalam agama Islam. Tepatnya dalam Al-Quran  Qs. Qaf
[50] : 30.25.



Peraturan Peraturan Hukum dan Moral



Pemikiran Abraham Geiger selanjutnya, ia menganggap Nabi Muhammad telah mengadopsi ajaran
tunggal Yahudi, yakni sembahyang (shalat). Ada beberapa sisi di ibadah shalat
agama Islam yang dianggap Geiger sama dengan ajaran Yahudi, yaitu:



(1). Shalat Khauf. Dalam Al-Quran ada tiga posisi shalat
khauf yang dapat dilakukan, hal ini tertera dalam perkataan Nabi Muhammad,
“berdirilah ketika menghadap Tuhanmu, tetapi jika kamu takut, lakukanlah
(shalat) sambil berjalan atau berkendaraan”.  Tiga posisi shalat itu adalah
berdiri, berjalan, dan berkendara. Hal yang sama juga terdapat dalam surat X.
13. Inilah kesamaan yang dianggap Geiger sebagai “peminjaman” tradisi.



(2) Keharaman shalat bagi yang mabuk. Nabi Muhammad
mengharamkan shalat bagi umatnya yang sedang mabuk. Larangan ini juga terdapat
dalam ajaran Talmud.



(3) Kebolehan melakukan Tayammum. Di ajaran Talmud, bila
tidak ada air, maka pasir bisa menjadi pilihan utama untuk bersuci. Hal yang
serupa juga terdapat dalam Islalm, yang memperbolehkan tayammum sebagai sarana
bersuci.



Pandangan tentang Kehidupan



Ada beberapa sisi yang sama menurut pemikiran Abraham Geiger antara Islam dan
Yahudi tentang pandangan hidup, seperti:



  • Keinginan untuk meninggal dalam keadaan baik (khusnul
    khatimah
    ).
  • Etika ketika membuat janji. 



Di Islam seseorang dianjurkan
berucap “Insya Allah” saat berjanji. Hal serupa juga diajarkan di Yahudi.



  • Adanya balasan kebaikan. 

Yahudi mempercayai adanya balasan
kebaikan, hal ini tertuang dalam Baba Kamma. Islam juga menyebut hal yang sama,
tertuang dalam Qs. An-Nisa [4] : 85 dan 31 tentang Amal. Di Yahudi disebutkan,
ketika seorang mati, ia meninggalkan segalanya, kecuali amal ibadah. Begitu
juga dengan hadis Nabi Muhammad yang mengatakan ‘tiga hal yang akan menggiringi
seseorang saat kematian, yaitu keluarga, kesuksesan dan amal kebajikan. Namun
keluarga dan kesuksesan akan kembali pulang, sementara amal kebajikan akan
tetap menemani di dalam kubur’.



Cerita-Cerita dalam Al-Quran.



Ada empat kisah dalam Al-Quran yang dianggap Geiger
diadaptasi dari Yahudi, yaitu :



Pertama, kisah tentang kepemimpinan, kisah nabi-nabi yang
meliputi; kisah nabi Adam hingga nabi Nuh, kisah nabi Nuh hingga nabi Ibrahim.
dan kisah nabi Ibrahim hingga nabi Musa.



Kedua, kisah nabi Musa.



Ketiga, raja yang kekuasaannya tak terhingga, raja Thalut,
nabi Daud, dan nabi Sulaiman.



Keempat, orang-orang suci yang diutus setelah masa Nabi
Sulaiman.



Tanggapan Ulama dan Cendikiawan Muslim Tentang Pemikiran Abraham Geiger



Ada tanggapan mengenai keterpengaruhan Al-Quran dengan
tradisi agama sebelum Islam. Tanggapan itu datang dari seorang cendekia muslim
bernama Muhammad Arkoun yang disinggung oleh Zuhri. Disebutkan, tradisi
keislaman ini terbangun atas 2 pilar.



  • tradisi Jahiliyah yang saat itu sedang mengalami
    transformasi menuju masyarakat religius.
  • tradisi spiritual yang dibangun oleh masyarakat religius.





Jadi, kedatangan Islam bukan langsung menghilangkan semua
budaya Arab Jahiliyah. Akan tetapi, semua pranata-pranata yang ada dipilih dan
dipilah, untuk kemudian diputuskan, apakah aka ditolak atau dimodifikasi, dan
kebanyakan Islam melakukan modifikasi pada tradisi Jahiliyah pra-Islam.



Contohnya, saat zaman Nabi Musa as. Apabila pakaian terkena
najis, maka bagian pakaian yang terkena najis itu harus dipotong, namun saat
Islam datang, maka cukup dengan dicuci tanpa harus dipotong.



Referensi artikel: 

PEMIKIRAN ABRAHAM GEIGER TENTANG AL-QUR`AN (Studi
Atas Akulturasi Linguistik, Doktrin Dan Kisah Dalam Al-Qur`an Dari Tradisi
Yahudi) yang ditulis oleh Wendi Parwanto (Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta).