Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

METODE PEMBIASAAN ANAK DALAM PEMBELAJARAN

METODE PEMBIASAAN ANAK DALAM PEMBELAJARAN

Pengertian Pembiasaan



Berdasarkan KBBI, Pembiasaan diambil dari kata
"biasa"  yang memiliki arti
umum atau lazim. Artinya, aktifitas atau segala sesuatu yang sering dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari.[1]
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, kebiasaan adalah suatu
tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang untuk membentuk habbit
yang sesuai dengan norma yang ada.



Menanamkan kebiasaan yang baik kepada anak merupakan salah
satu titik pendidikan yang sangat penting. Pasalnya, pada tahapan usia
anak-anak mereka akan lebih mudah menirukan apa yang dilihatnya. Oleh sebab
itu, sebelum dikuasai oleh hal-hal negatif, para orangtua dan guru harus
mengambil alih untuk mengarahkan ke hal-hal yang baik. Karena, ketika anak
sudah terbiasa melakukan hal-hal yang baik, sangat sukar bagi dia untuk
meninggalkan hal tersebut. Karena sudah melekat ke jiwanya serta menjadi
kebiasaan di dalam hidupnya.[2]



Menurut Ahmad Tafsir, pembiasaan adalah pengulangan. Misal;
Setiap masuk kelas guru selalu mengucapkan salam. Hal ini disebut kebiasaan,
karena melakukan hal serupa setiap saat.[3]



Sapendi mendefinisikan pembiasaan adalah melakukan aktifitas
serupa secara berulang-ulang dengan tujuan supaya lebih terampil dan terbiasa
dengan kegiatan tersebut. Jika ditarik dalam proses pendidikan anak, pembiasaan
adalah sebuah metode atau cara untuk menanamkan kegiatan positif kepada anak.
Sehingga anak menjadi terbiasa.[4]



Metode Pembiasaan



Metode pembiasaan merupakan cara atau strategi yang
dilakukan oleh orangtua atau guru dalam membentuk kebiasaan anak dalam hal
bersikap, berfikir, serta berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.[5]
Metode-metode yang sesua tuntutan atau ajaran Islam sangat mudah untuk
diterapkan dalam proses pembentukan karakter baik di dalam diri anak. Karena,
sejatinya pokok utama dari pembiasaan adalah pengalaman.[6] Kebiasaan-kebiasaan
baik yang dilakukan secara rutin pada akhirnya akan membuat anak reflek untuk
selalu melakukan kegiatan positif tersebut tanpa disuruh. Cara ini juga
merupakan langkah yang sangat efisien untuk membentuk kedisiplinan pada anak..



Syarat-Syarat Pemakaian Metode Pembiasaan



Kebiasaan merupakan komponen yang sangat penting dalam
mempengaruhi kehidupan manusia. Karena kegiatan yang dilakukan secara rutin
akan membuat individu tersebut merasa ringan dalam melakukannya. Sehingga tidak
perlu mengeluarkan energi. Selain memiliki sisi positif, kebiasaan juga dapat
menjadi boomerang bagi kehidupan seseorang apabila tidak ada penggeraknya.
Dalam artian, tidak ada seseorang yang bisa dijadikan tauladan, figur, atau
panutan dalam berperilaku.



Syarat-Syarat yang Harus diperhatikan dalam Membentuk
Kebiasaan, yaitu:



  • Memulai menanamkan kebiasaan pada anak sebelum terlambat.
  •  Harus konsisten dalam
    melakukan pembiasaan agar hal tersebut menjadi sebuah rutinitas yang melekat di
    diri anak..
  • Memberikan aturan yang tegas serta konsekuensi ketika ada
    pelanggaran yang dilakukan anak. Sehingga kedepannya anak akan lebih taat dalam
    melakukan kebiasaan positif
  • Pembiasaan yang berawal dari keterpaksaan harus diarahkan
    menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan ketika dilakukan.[7]









Menurut Bambang Samsul Arifin, dalam bukunya berjudul
manajemen pendidikan karakter, kegiatan pembiasaan dibagi dalam beberapa hal:



Kegiatan pembiasaan dalam pembelajaran secara terprogram



Sebelum pembelajaran diberikan ke peserta didik, hal tersebut
harus lebih dulu diprogram atau dirancang secara matang dan sistematis. Hal itu
bertujuan, supaya peserta didik bisa lebih mudah dalam melakukan perkembangan
baik secara individu maupun kelompok. Contoh pembiasaan terprogram yang dapat
diterapkan, yaitu:



  • Memberikan keleluasaan kepada peserta didik dalam berfikir,
    berekpresi, dan mengkontruksi pengetahuannya.
  • Melakukan kegiatan yang sifatnya inkuiri.
  • Melakukan evaluasi dan refleksi dalam setiap pembelajaran
  • Berlaku adil dalam memberikan penilaian kepada masing-masing
    peserta didik.









Kegiatan Pembiasaan Secara Tidak Terprogram



Selain pembelajaran yang dapat dilakukan secara terprogram,
ada pula pembelajaran tidak terprogram yang tidak kalah penting untuk
diterapkan. Contoh:



  • Kegiatan Rutin, 

seperti; sholat Dhuha, Sholat jamaah,
upacara bendera, menjaga kebersihan, senam, membaca asmaul husna, dan lain
sebagainya.



  • Kegiatan yang dilakukan secara spontan,

Seperti: Memberi
salam ketika ketemu bapak/ibu guru, ketika melihat sampah segera membuang di
tempatnya, menolong teman, dan lain sebagainya.



  • Kegiatan dengan keteladanan, 

Seperti; Rajin membaca,
menggunakan seragam secara rapi, datang ke sekolah tepat waktu, berbicara sopan
pada siapa saja, dan lain sebagainya. Pembiasaan-pembiasaan yang masuk dalam
kategori tidak terprogram lebih mudah diterapkan secara kelompok. Dari
kehidupan kelompok inilah, masing-masing anak bisa menemukan keteladan pada
temannya. Atau sebaliknya, ia yang memberikan keteladanan pada temannya.
Sehingga terbentuk ketertarikan positif antara satu dan lainnya. Contoh: anak
yang tidak suka membaca, ketika sering melihat temannya membaca, secara alamiah
ia akan tertarik untuk melakukan kebiasaan membaca juga. Jika
kebiasaan-kebiasaan baik tersebut diterapkan di lingkungan sekolah. Sehingga
akan terbentuk pribadi yang baik di dalam diri siswa-siwi. Bahkan, karena
dilakukan secara rutin, tanpa disadari kegiatan tersebut telah tertanam kuat di
dalam jiwa. Sehingga, ketika tidak melakukan kegiatan-kegiata positif tersebut
ada perasaan tidak enak di hatinya. Akhirnya, mereka pun kembali melakukan
kegiatan tersebut.[8]



Tujuan Metode Pembiasaan



Pembelajaran kebiasaan adalah suatu proses atau cara yang
dilakukan oleh guru untuk membentuk pribadi yang baik di dalam diri anak.  Supaya peserta didik terbiasa berperilaku,
bertindak, dan bersikap positif sesuai dengan norma etika, norma negara, norma
agama, dan norma-norma lainnya yang ada di masyarakat.[9]



Dengan kata lain, tujuan pendidikan adalah penanaman sesuatu
hal yang positif, baik dari sisi perkataan maupun tindakan. Sehingga anak
memiliki pengetahuan bahwa apa yang diajarkan oleh bapak/ibu guru tentang
rutinitas adalah kegiatan baik yang harus selalu diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.



Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembiasaan



Kelebihan dan kekurangan merupakan aspek yang tidak bisa
lepas dari kehidupan. Termasuk pula dalam kegiatan pembelajaran:



Kelebihan



Hemat waktu dan tenaga karena dilakukan secara rutin
sehingga lebih ringan



Mencakup keseluruhan aspek, baik jasmani maupun rohani



Merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam
membentuk karakter dan kepribadian yang baik



Kekurangan



Membutuhkan tenaga pendidik yang bisa memberikan keselarasan
antara teori dan praktik. Sehingga anak akan lebih mudah menteladani dan
menurukan proses pembiasaan tersebut. Jika pendidik tidak dapat menyesuaikan
antara perilaku dan teori yang diajarkan, metode ini tidak dapat berjalan baik.
Pada akhirnya peserta didik anak membuat kesimpulan , bahwa hal tersebut tidak
penting karena gurunya juga tidak mempraktikkan.[10]



 



Referensi artikel;









[1]
Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahas a Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995), Edisi ke 2 cet ke 4, hal. 129







[2]M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,
(Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2004), hal. 177







[3]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 144







[4]Sapendi, “Internalisasi Nilai-nilai Moral Agama Pada
Anak Usia Dini”, At-Turats, Vol 9 No 2
(Desember 2015), 27







[5]Binti Maunah, Metodelogi Ajaran Agama Islam,
(Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 93







[6]Muhammad Fadilah dan
Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAU
D, (Jogjakarta :
Ar - Ruzz Media, 2013), hal. 172







[7]Ahmad D Marimba, Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam
, (Bandung: PT. Al Maarif, 1999), Cet. 5, h
al. 82







[8]Bambang Samsul Arifin
dan Rusdiana, Manajemen Pendidikan Karakter, (Bandung: CV Pustaka Setia)
hal.179







[9]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Ramaja
Rosdakarya, 2000), hal 123







[10]Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum,
(Bandung: Angkasa Offset, 1990), hal.160